Pagelaran Tim Sanggar Seghumpun Kawo Emass Teater Legenda Puyang Gadis Di Teater Tanah Airku Taman Mini Indonesia Indah Jakarta tanggal 17 Juli 2010 |
PUYANG GADIS
Legenda Masyarakat Desa Kupang
Tebing Tinggi
Kab. Empat Lawang
Sumatera Selatan
Desa Kupang berada di kota Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan. kisah ini berasal dari desa Kupang Lama, yang terletak di pesisir sungai. Karena terjadi suatu peristiwa, warga yang tersisa mencoba membangun kembali perkampungannya di sebelah timur dari perkampungan yang lama. Dengan tujuan mendapatkan ketentraman hidup yang lebih baik.
Disebut desa Kupang karena dahulu di tempat itu banyak terdapat pohon kupang. Pada zaman dahulu tersebutlah seorang gadis yang cantik jelita dan menjadi pujaan setiap orang ia berasal dari keluarga miskin, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Siti Rohina atau biasa di panggil Siti Lam Jen’ah demikian namanya, ia tinggal bersama kakak sulungnya yang bernama Abdul Amaran alias bujang juaro. Kakaknya terkenal memiliki kesaktian yang tinggi, punya ilmu kebal dan piawai dalam segala hal. Kebaikan dan ketulusan hati Siti Rohina membuat ia terkenal hingga di luar desanya dan di senangi oleh teman-temannya. Walaupun di beri kesempurnaan fisik oleh Yang Maha Kuasa tetap membuatnya rendah hati.
Suatu hari, Siti Rohina dan teman-temannya sedang membersihkan diri dan mencuci pakaian di sungai dekat desa Kupang. Mereka sangat menikmati air sungai yang begitu jernih dan sejuk, tak terasa mereka menghabiskan waktu hingga sore hari berada di sungai. Ketika hendak pulang, Siti Rohina lupa membawa Takuk Labu atau tempat alat-alat mandinya. Takuk Labu itu kemudian hanyut bersama aliran sungai yang begitu deras.
Hari demi hari, Takuk Labu tersebut terus hanyut sampai ke wilayah Palembang . Tiba-tiba ada perahu besar atau Jung yang melintas, melihat benda yang mengapung tak jauh dari mereka akhirnya Takuk Labu tersebut diambil oleh salah seorang juru mudi kapal untuk di serahkan kepada pemilik perahu itu. Melihat benda tersebut, pemilik perahu yang ternyata adalah Sunan Palembang sangat penasaran benda apakah itu. Sunan kemudian memerintahkan mencari seorang ahli nujum yang dapat melihat siapakah pemilik benda tersebut. Sang ahli nujum kemudian memberikan isyarat bahwa ini adalah Takuk atau alat untuk meletakkan barang-barang keperluan mandi seorang perempuan. Pemilik takuk labu tersebut orangnya sangat cantik dan terkenal di daerahnya yang bernama Siti Rohina, bertempat tinggal di hulu sungai Musi sebelah Selatan, akan tetapi ia seorang anak yatim piatu yang sangat miskin. Jika ingin pergi ke sana harus menaiki Jung atau perahu menyusuri hulu Sungai Musi dan ternyata menurut petunjuk, di desa tersebut banyak tumbuh pohon kupang. Sunan yang kian penasaran dengan pemilik takuk tersebut memutuskan untuk berkunjung ke desa Kupang.
Sunan Palembang dan para pengawalnya tiba di desa Kupang, masyarakat sangat terkejut desanya kedatangan tamu yang terhormat menaiki perahu yang megah. Kemudian seorang utusan Sunan turun dan menanyakan keberadaan Siti Rohina, masyarakat yang sedang berada di sungai yang sedang mencari ikan menunjukkan arah rumah Siti Rohina. Setelah sampai mereka bertemu dengan Abdul Amaran kakak Siti Rohina, Sunan kemudian mengungkapkan maksud serta tujuan kedatangannya ke desa Kupang untuk bertemu dengan Siti Rohina dan menyerahkan takuk labu yang hanyut sampai ke negeri Palembang. Abdul Amaran mejelaskan bahwa benar takuk labu itu kepunyaan adiknya, namun Abdul Amaran mengkatakan bahwa pemilik takuk labu ini tidak berada dirumah, karena sedang nyamah (menangkap ikan hanya menggunakan tangan). Abdul Amaran menyampaikan kepada sunan agar kembali ke desa kupang dalam waktu tiga hari lagi supaya bisa ketemu dengan adiknya.
Setelah kepergian sunan Palembang, Abdul Amaran kemudian menemui adiknya dan menyampaikan maksud ke datangan sultan Palembang, mendengar hal tersebut Siti Rohina memutuskan tidak akan menemui sunan, ia takut akan di jadikan selir karena perbedaan status ia merasa malu karena ia berasal dari keluarga miskin. Siti Rohina menyuruh kakaknya, jika nanti sunan tiba di desa kupang supaya ia di sembunyikan dengan cara di kubur di dalam tanah agar sunan dan para pengawalnya tidak akan pernah menemukannya.
Setelah tiga hari dari perjanjian itu, sunan Palembang datang kembali ke desa Kupang. Tetapi sebelum sampai ke desa Kupang, sunan mengganti jung dengan perahu yang lebih kecil supaya masyarakat desa Kupang tidak mengetahui kedatangannya. Salah seorang masyarakat Kupang yang sedang mencari ikan di sungai mengetahui kedatangan sunan. Ia segera memberitahukan kepada kakak Siti Rohina. Akhirnya masyarakat yang ada kemudian berkumpul untuk membantu Abdul Amaran menyembunyikan Siti Rohina kedalam lubang tanah yang telah di siapkan guna menghindari pertemuan dengan Sunan.
Karena waktu telah mendesak, tanpa di sadari ketika Siti Rohina disembunyikan dengan cara di kuburkan, Abdul Amaran lupa untuk memberikan suling atau lubang untuk alat pernafasan ( terbuat dari bambu ) bagi adiknya. Setelah bertemu dengan Abdul amaran, Sunan Palembang menagih janjinya kepada Abdul amaran untuk bertemu adiknya Siti Rohina, Abdul Amaran menolak memberitahu keberadaan adiknya. Karena merasa dipermaikan, Sunan marah dan menyuruh para pengawal mencari Siti Rohina. Setelah pancarian selesai dan tidak berhasil menemukan Siti Rohina Sunan memerintahkan menangkap Abdul Amaran. Karena telah mempermainkan seorang Sunan, kemudian terjadilah perkelahian antara Sunan Palembang dengan Abdul Amaran. Oleh karena kesaktian Abdul Amaran, Akhirnya Sunan dan para prajurit kerajaan tidak mampu menangkap Abdul Amaran yang kemudian memutuskan untuk kembali ke Palembang .
Abdul Amaran kemudian teringat akan kelalaiannya karena tidak meletakkan alat pernafasan bagi adiknya. Secepat kilat dan dengan kesaktiannya Ia pun segera membongkar kembali lubang tanah tempat adiknya disembunyikan. Alangkah terkejutnya Abdul Amaran, teryata adiknya tidak berada di dalam lubang tanah tersebut. Yang ada melainkan sehelai pakaiannya saja. Ia mencari dan terus mencari adiknya bersama warga desa Kupang dan tetap tidak diketemukan. Akhirnya terdengarlah suara gaib dari adiknya :
“ Jika kelak ada anak cucung kerabatku yang kecantikannya melebihi Aku, maka umurnya tidak akan panjang, supaya tidak akan terjadi lagi bencana seperti yang aku alami”.
Kebenaran sumpah dari Puyang Gadis atau Siti Rohina sangat dipercaya oleh masyarakat desa Kupang hingga kini. Sudah terbukti beberapa kali terjadi garis keturunan kerabat Puyang Gadis yang mempunyai anak yang sangat cantik maka ia akan mati muda, atau meninggal sebelum ia menikah.
Kini kuburan / tempat persembunyian Puyang Gadis yang terletak di desa Kupang lama yang berada di samping kuburan Bujang Juare dan kedua orang tuanya sering di ziarahi oleh masyarakat setempat. Fenomena lainnya adalah setiap tahun tanah kuburan Puyang Gadis akan meninggi dalam beberapa centimeter ini diyakini masyarakat untuk selalu mengenang pesan Puyang Gadis tersebut.
"Cerita di ambil dari sumber Tokoh masyarakat desa Kupang Tebing Tinggi Empat Lawang"
Produser : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Empat Lawang
Sutradara/ koreografi : Maskur Wahyudi (Mahwa)
Penata Musik : Hendrianto, S. Pd
Pelaku / Pemeran : Tim Sanggar Seghumpun Kawo Emass
Artistik Panggung : Kiki
:D mantap
BalasHapus